Kondisi yang Tidak Boleh Melakukan Pemasangan Behel

Pemasangan Behel Gigi

Fakta.web.id – Memiliki senyum yang indah adalah impian banyak orang. Salah satu cara untuk mencapai senyum yang sempurna adalah dengan memasang behel atau kawat gigi. Behel berfungsi untuk memperbaiki susunan gigi yang tidak rapi, menutup celah antar gigi, dan mengatasi masalah gigitan. Namun, tidak semua orang bisa atau dianjurkan untuk memasang behel. Terdapat beberapa kondisi kesehatan yang membuat pemasangan behel menjadi tidak memungkinkan atau bahkan berbahaya. Untuk mengetahui secara pasti apakah bisa dilakukan pemasangan Behel, kamu bisa konsultasi ke  Damessa Dental Care Tanggerang.

Nah, untuk sekadar informasi wawasan, Berikut ini adalah beberapa kondisi yang tidak boleh melakukan pemasangan behel.

1. Masalah Kesehatan Gusi

Masalah kesehatan gusi, khususnya penyakit periodontal, adalah salah satu alasan utama seseorang tidak boleh memasang behel. Penyakit periodontal adalah infeksi serius pada gusi yang merusak jaringan lunak dan tulang yang mendukung gigi. Jika tidak diobati, penyakit ini dapat menyebabkan gigi tanggal atau harus dicabut. Penyakit periodontal dimulai dengan peradangan gusi yang dikenal sebagai gingivitis. Gejala awal termasuk gusi yang merah, bengkak, dan mudah berdarah, terutama saat menyikat atau membersihkan gigi dengan benang gigi.

Ketika gingivitis tidak diobati, infeksi dapat menyebar di bawah garis gusi dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Ini disebut periodontitis, di mana kantong yang berisi nanah dapat terbentuk di antara gusi dan gigi, menyebabkan tulang dan jaringan pendukung gigi hancur. Dalam keadaan ini, gigi menjadi longgar dan bahkan bisa tanggal.

Pemasangan behel pada gigi dengan kondisi seperti ini dapat memperparah kerusakan. Behel memberikan tekanan pada gigi untuk menggeser mereka ke posisi yang diinginkan, dan jika jaringan pendukung gigi sudah lemah, tekanan ini dapat menyebabkan gigi menjadi lebih longgar atau bahkan tanggal lebih cepat. Selain itu, kebersihan mulut yang buruk dapat memperparah penyakit periodontal. Behel bisa membuat pembersihan gigi menjadi lebih sulit, meningkatkan risiko penumpukan plak dan tartar, yang dapat memperburuk penyakit periodontal.

Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk memasang behel, penting untuk mengatasi masalah kesehatan gusi terlebih dahulu. Perawatan untuk penyakit periodontal biasanya dimulai dengan pembersihan profesional mendalam yang disebut scaling dan root planing. Scaling menghilangkan plak dan tartar dari permukaan gigi dan di bawah garis gusi, sedangkan root planing menghaluskan akar gigi untuk membantu gusi menempel kembali pada gigi.

Dalam kasus yang lebih parah, mungkin diperlukan pembedahan periodontal untuk membersihkan kantong infeksi yang dalam dan memperbaiki kerusakan tulang. Setelah kesehatan gusi terjaga, barulah ortodontis dapat mempertimbangkan pemasangan behel. Bahkan setelah behel dipasang, menjaga kebersihan mulut tetap menjadi prioritas utama. Penggunaan sikat gigi khusus untuk pemakai behel, pembersihan dengan benang gigi, dan kunjungan rutin ke dokter gigi sangat penting untuk mencegah kembalinya penyakit periodontal.

2. Gigi yang Terlalu Rapat

Gigi yang terlalu rapat atau berjejal adalah masalah umum yang sering kali menjadi alasan seseorang ingin memasang behel. Namun, dalam beberapa kasus, gigi yang sangat rapat dapat membuat pemasangan behel menjadi sulit atau bahkan tidak mungkin tanpa adanya intervensi lebih lanjut. Gigi yang terlalu rapat terjadi ketika tidak ada cukup ruang di dalam mulut untuk semua gigi tumbuh dengan benar, sehingga gigi bertumpuk atau berjejal.

Ketika gigi terlalu rapat, ortodontis mungkin perlu melakukan pencabutan satu atau lebih gigi untuk menciptakan ruang yang cukup bagi gigi lainnya untuk bergerak. Pencabutan ini biasanya dilakukan pada gigi premolar, yang berada di antara gigi geraham dan gigi taring. Pencabutan gigi ini memberikan ruang bagi gigi yang tersisa untuk bergerak ke posisi yang benar saat behel dipasang.

Namun, pencabutan gigi bukan satu-satunya solusi. Ada teknik ortodontik lain yang dapat digunakan untuk menciptakan ruang tanpa pencabutan, seperti ekspansi rahang atau stripping gigi. Ekspansi rahang dilakukan dengan menggunakan alat khusus yang melebar secara bertahap untuk memperluas rahang atas, memberikan lebih banyak ruang bagi gigi. Stripping gigi, atau pengikisan, melibatkan pengurangan ukuran beberapa gigi untuk menciptakan ruang yang cukup.

Selain masalah ruang, gigi yang terlalu rapat juga menimbulkan tantangan dalam menjaga kebersihan mulut. Sisa makanan dan plak mudah terjebak di antara gigi yang berjejal, meningkatkan risiko karies dan penyakit gusi. Ketika behel dipasang, membersihkan gigi yang sudah sulit dibersihkan menjadi lebih menantang. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kebersihan mulut yang baik sebelum dan selama perawatan ortodontik untuk mencegah masalah kesehatan gigi yang lebih serius.

Dalam beberapa kasus, gigi yang terlalu rapat juga dapat menyebabkan masalah gigitan atau maloklusi. Gigitan yang tidak sejajar dapat menyebabkan tekanan yang tidak merata pada gigi, gusi, dan rahang, yang bisa mengakibatkan rasa sakit, kerusakan gigi, dan masalah temporomandibular (TMJ). Oleh karena itu, memperbaiki gigi yang terlalu rapat tidak hanya meningkatkan estetika senyum tetapi juga kesehatan gigi dan mulut secara keseluruhan.

3. Masalah dengan Struktur Tulang Rahang

Masalah dengan struktur tulang rahang, seperti maloklusi parah, dapat menjadi penghalang serius untuk pemasangan behel. Maloklusi adalah kondisi di mana gigi-gigi tidak sejajar dengan benar saat mulut ditutup. Ini termasuk overbite (gigitan atas yang menonjol), underbite (gigitan bawah yang menonjol), crossbite (gigitan yang tidak rata), dan open bite (gigitan terbuka). Masalah-masalah ini sering kali disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pertumbuhan rahang atas dan bawah.

Maloklusi yang parah tidak dapat diatasi hanya dengan behel. Dalam banyak kasus, pembedahan rahang mungkin diperlukan untuk memperbaiki masalah ini. Prosedur pembedahan ini dikenal sebagai ortognatik atau operasi koreksi rahang. Pembedahan ini melibatkan pemotongan dan reposisi tulang rahang untuk mencapai alignment yang lebih baik dan gigitan yang lebih fungsional.

Pembedahan ortognatik biasanya dilakukan oleh ahli bedah mulut dan maksilofasial, dan sering kali memerlukan perencanaan yang cermat bersama dengan ortodontis. Proses ini dimulai dengan evaluasi menyeluruh yang meliputi rontgen, cetakan gigi, dan analisis komputer untuk menentukan sejauh mana ketidakseimbangan rahang dan rencana perawatan yang tepat.

Setelah pembedahan, pasien biasanya memerlukan beberapa minggu untuk pemulihan, selama itu rahang perlu stabilisasi dengan kawat atau plat sementara. Setelah rahang sembuh, perawatan ortodontik dengan behel dapat dimulai atau dilanjutkan untuk mengatur gigi ke posisi yang diinginkan.

Penting untuk dicatat bahwa pembedahan rahang bukanlah solusi untuk semua orang dengan maloklusi. Dalam beberapa kasus, penggunaan alat ortodontik seperti expander palatal, headgear, atau alat lain dapat membantu memperbaiki masalah tanpa pembedahan. Keputusan untuk melakukan pembedahan atau tidak harus didasarkan pada evaluasi menyeluruh oleh profesional medis.

Selain itu, masalah struktur tulang rahang juga dapat mempengaruhi kesehatan umum seseorang. Ketidakseimbangan rahang dapat menyebabkan masalah makan, bicara, dan pernapasan. Misalnya, seseorang dengan overbite parah mungkin mengalami kesulitan menggigit atau mengunyah makanan dengan benar, sementara underbite parah bisa mengganggu bicara. Dalam kasus yang lebih serius, masalah rahang juga bisa menyebabkan nyeri kronis atau gangguan sendi temporomandibular (TMJ).

4. Karies Gigi yang Parah

Karies gigi yang parah atau kerusakan gigi yang signifikan harus diatasi terlebih dahulu sebelum memasang behel. Karies gigi adalah kondisi di mana gigi rusak akibat asam yang diproduksi oleh bakteri di dalam mulut. Asam ini mengikis enamel gigi, lapisan luar yang keras, dan dapat menyebabkan lubang atau cavitas. Jika tidak diobati, karies dapat berkembang menjadi infeksi lebih dalam, seperti pulpitis atau abses gigi, yang bisa menyebabkan rasa sakit yang hebat dan kerusakan gigi yang lebih serius.

Pemasangan behel pada gigi yang sudah memiliki karies parah bisa memperburuk kondisi ini. Behel dapat membuat pembersihan gigi menjadi lebih sulit, karena kawat dan braket bisa menghalangi akses ke area yang perlu dibersihkan dengan sikat gigi dan benang gigi. Ini dapat meningkatkan risiko pembentukan karies lebih lanjut, terutama jika gigi tidak dirawat dengan benar sebelum pemasangan behel.

Sebelum memasang behel, penting untuk melakukan pemeriksaan gigi secara menyeluruh untuk mengidentifikasi dan merawat semua karies yang ada. Perawatan karies biasanya melibatkan prosedur penambalan gigi untuk menghilangkan jaringan gigi yang rusak dan mengisi lubang dengan bahan tambal seperti amalgam atau komposit resin. Dalam kasus kerusakan yang lebih parah, mungkin diperlukan perawatan saluran akar untuk menghilangkan infeksi dari dalam gigi.

Selain perawatan langsung, penting juga untuk mengambil langkah-langkah pencegahan untuk mencegah pembentukan karies baru. Ini termasuk menjaga kebersihan mulut yang baik dengan menyikat gigi setidaknya dua kali sehari, menggunakan benang gigi setiap hari, dan melakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi. Diet juga berperan penting dalam pencegahan karies; menghindari makanan dan minuman yang tinggi gula dapat membantu mengurangi risiko pembentukan karies.

Setelah semua karies diatasi dan kesehatan gigi dipastikan, ortodontis dapat melanjutkan dengan rencana pemasangan behel. Penting untuk terus memantau kesehatan gigi dan mulut selama perawatan ortodontik. Kunjungan rutin ke dokter gigi untuk pembersihan dan pemeriksaan profesional sangat penting untuk memastikan bahwa gigi tetap sehat dan bebas dari karies selama masa perawatan dengan behel.

5. Alergi terhadap Bahan Behel

Beberapa orang memiliki alergi terhadap logam tertentu yang digunakan dalam behel, seperti nikel. Nikel adalah komponen umum dalam banyak paduan logam yang digunakan untuk membuat kawat dan braket behel. Alergi terhadap nikel dapat menyebabkan reaksi alergi yang meliputi ruam, gatal-gatal, dan iritasi pada mulut dan gusi. Dalam kasus yang lebih parah, alergi nikel bisa menyebabkan pembengkakan dan peradangan yang signifikan, yang bisa sangat tidak nyaman dan berbahaya bagi kesehatan mulut.

Jika Kamu memiliki riwayat alergi terhadap logam, penting untuk mendiskusikan hal ini dengan ortodontis Kamu sebelum memulai perawatan ortodontik. Ortodontis dapat melakukan tes alergi sederhana untuk memastikan apakah Kamu alergi terhadap nikel atau logam lain yang umum digunakan dalam behel. Jika alergi terdeteksi, ada beberapa alternatif yang dapat dipertimbangkan.

Behel bebas nikel adalah salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini. Behel ini dibuat dari bahan seperti titanium atau plastik, yang lebih aman bagi individu dengan alergi logam. Titanium adalah bahan yang sering digunakan dalam implan gigi karena kekuatan dan ketahanannya, serta memiliki risiko alergi yang sangat rendah. Selain itu, behel keramik atau behel safir juga merupakan alternatif yang estetis dan tidak mengandung logam.

Selain alergi logam, beberapa orang mungkin juga mengalami sensitivitas terhadap bahan lain yang digunakan dalam perawatan ortodontik, seperti lateks yang digunakan dalam beberapa jenis karet elastik. Dalam kasus ini, ortodontis dapat menggunakan elastik bebas lateks sebagai alternatif.

Mengidentifikasi dan menangani alergi sebelum pemasangan behel sangat penting untuk memastikan kenyamanan dan keberhasilan perawatan ortodontik. Reaksi alergi yang tidak terdeteksi bisa menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan dan bahkan memperlambat atau mengganggu proses perawatan.

6. Kebiasaan Buruk yang Tidak Dikendalikan

Kebiasaan buruk seperti menggigit kuku, mengunyah pensil, atau sering menggertakkan gigi dapat mempengaruhi efektivitas perawatan behel. Kebiasaan-kebiasaan ini dapat menyebabkan kerusakan pada behel dan mempengaruhi hasil akhir perawatan. Misalnya, menggigit kuku atau mengunyah benda keras dapat menyebabkan braket atau kawat behel patah atau lepas, yang memerlukan perbaikan tambahan dan bisa memperpanjang waktu perawatan.

Menggertakkan gigi, atau bruxism, adalah kebiasaan yang sering kali terjadi secara tidak sadar saat tidur. Bruxism dapat memberikan tekanan berlebih pada gigi dan behel, yang dapat menyebabkan kerusakan gigi, nyeri rahang, dan bahkan sakit kepala. Jika seseorang dengan bruxism memasang behel tanpa mengatasi kebiasaan ini terlebih dahulu, tekanan berlebihan dari bruxism bisa menghambat pergerakan gigi yang diinginkan dan memperpanjang waktu perawatan.

Sebelum memasang behel, penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi kebiasaan buruk ini. Ada beberapa pendekatan yang bisa diambil untuk mengendalikan kebiasaan-kebiasaan ini. Untuk menggigit kuku atau mengunyah benda keras, kesadaran akan kebiasaan tersebut dan usaha untuk menghentikannya adalah langkah pertama. Menggunakan alat seperti sarung tangan atau plester kuku bisa membantu menghentikan kebiasaan menggigit kuku.

Untuk bruxism, penggunaan alat pelindung gigi atau night guard bisa membantu mengurangi tekanan pada gigi dan behel saat tidur. Alat ini bisa dibuat khusus oleh dokter gigi untuk memastikan kenyamanan dan efektivitas. Selain itu, teknik relaksasi dan manajemen stres juga bisa membantu mengurangi bruxism, karena kebiasaan ini sering kali dipicu oleh stres dan kecemasan.

Mengendalikan kebiasaan buruk ini tidak hanya penting untuk keberhasilan perawatan behel tetapi juga untuk kesehatan gigi dan mulut secara keseluruhan. Kebiasaan menggigit kuku, mengunyah benda keras, dan bruxism bisa menyebabkan kerusakan gigi dan masalah rahang jangka panjang, sehingga penting untuk mengatasi kebiasaan-kebiasaan ini dengan serius.

7. Gigi yang Goyah atau Tidak Stabil

Gigi yang tidak stabil atau goyah sering kali disebabkan oleh penyakit periodontal, trauma, atau kondisi medis lain yang mempengaruhi jaringan pendukung gigi. Gigi yang goyah tidak bisa dipasangi behel karena behel membutuhkan gigi yang sehat dan stabil untuk bekerja dengan baik. Pemasangan behel pada gigi yang tidak stabil bisa menyebabkan masalah yang lebih besar dan memperparah kondisi gigi.

Gigi yang goyah biasanya menunjukkan adanya masalah serius pada jaringan pendukung gigi, termasuk tulang alveolar dan ligamentum periodontal. Penyakit periodontal yang tidak diobati bisa menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan ini, sehingga gigi menjadi longgar. Trauma gigi, seperti benturan keras atau kecelakaan, juga bisa menyebabkan gigi goyah jika tulang atau jaringan pendukung gigi rusak.

Sebelum mempertimbangkan pemasangan behel, penting untuk mengatasi penyebab gigi yang goyah. Jika gigi goyah disebabkan oleh penyakit periodontal, perawatan periodontal yang intensif mungkin diperlukan untuk mengembalikan kesehatan jaringan pendukung gigi. Ini bisa melibatkan pembersihan mendalam, perawatan antibiotik, atau bahkan pembedahan periodontal untuk memperbaiki kerusakan jaringan.

Jika gigi goyah disebabkan oleh trauma, perawatan yang tepat harus diberikan untuk menstabilkan gigi dan jaringan pendukungnya. Ini bisa termasuk penggunaan alat penahan gigi sementara, perawatan endodontik (saluran akar), atau prosedur bedah untuk memperbaiki tulang yang rusak.

Selain itu, penting untuk memantau stabilitas gigi setelah perawatan. Gigi yang goyah mungkin memerlukan waktu untuk pulih sepenuhnya, dan pemasangan behel hanya bisa dilakukan setelah gigi benar-benar stabil dan sehat. Selama masa pemulihan, menjaga kebersihan mulut yang baik dan menghindari kebiasaan yang bisa memperburuk kondisi gigi sangat penting.

8. Kondisi Medis yang Memerlukan Pengawasan Khusus

Beberapa kondisi medis kronis, seperti diabetes yang tidak terkontrol atau gangguan sistem kekebalan tubuh, dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk sembuh dan melawan infeksi. Pemasangan behel memerlukan kondisi kesehatan umum yang baik, sehingga pasien dengan kondisi medis ini harus berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum memulai perawatan ortodontik.

Diabetes yang tidak terkontrol, misalnya, dapat mempengaruhi aliran darah ke gusi dan kemampuan tubuh untuk menyembuhkan luka, meningkatkan risiko infeksi dan komplikasi selama perawatan ortodontik. Pasien dengan diabetes harus menjaga kadar gula darah mereka tetap stabil dan melakukan perawatan gigi yang optimal sebelum mempertimbangkan pemasangan behel.

Gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti HIV/AIDS atau penyakit autoimun, juga dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan menyembuhkan luka. Pemasangan behel dalam kondisi ini bisa meningkatkan risiko infeksi dan komplikasi. Pasien dengan gangguan sistem kekebalan tubuh harus bekerja sama dengan dokter mereka untuk memastikan bahwa kondisi mereka stabil dan terkendali sebelum memulai perawatan ortodontik.

Selain itu, beberapa obat yang digunakan untuk mengelola kondisi medis kronis dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan gusi. Misalnya, obat kortikosteroid dan imunosupresan dapat mengurangi respon imun tubuh dan meningkatkan risiko infeksi mulut. Pasien yang mengonsumsi obat-obatan ini harus mendiskusikan potensi risiko dan manfaat pemasangan behel dengan dokter dan ortodontis mereka.

Dalam beberapa kasus, pasien dengan kondisi medis yang memerlukan pengawasan khusus mungkin memerlukan perawatan ortodontik yang disesuaikan atau pendekatan yang lebih hati-hati. Ini bisa melibatkan jadwal kunjungan yang lebih sering ke ortodontis untuk memantau kesehatan gigi dan gusi, serta kerja sama yang erat dengan tim medis untuk mengelola kondisi medis secara keseluruhan.

9. Kurangnya Komitmen terhadap Perawatan

Memasang behel bukan hanya soal memperbaiki susunan gigi, tetapi juga membutuhkan komitmen untuk perawatan yang panjang dan teliti. Pemasangan behel biasanya memerlukan waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun, tergantung pada kompleksitas kasus dan respons gigi terhadap perawatan. Selama periode ini, menjaga kebersihan mulut yang optimal dan mengikuti instruksi ortodontis dengan tepat adalah hal yang sangat penting.

Pembersihan gigi yang menyeluruh sangat penting selama perawatan behel. Behel bisa memerangkap makanan dan plak, yang bisa meningkatkan risiko karies dan penyakit gusi jika tidak dibersihkan dengan benar. Pasien yang tidak bisa berkomitmen untuk menyikat gigi setidaknya dua kali sehari, menggunakan benang gigi secara teratur, dan melakukan pembersihan dengan alat khusus untuk pemakai behel mungkin akan mengalami masalah kesehatan gigi yang lebih serius.

Selain kebersihan mulut, kunjungan rutin ke ortodontis untuk penyesuaian behel juga sangat penting. Penyesuaian ini memungkinkan ortodontis untuk memantau perkembangan perawatan, membuat penyesuaian yang diperlukan, dan memastikan bahwa gigi bergerak sesuai rencana. Jika pasien sering melewatkan janji temu atau tidak mengikuti instruksi ortodontis, hasil perawatan bisa terganggu dan waktu perawatan bisa menjadi lebih lama.

Kurangnya komitmen terhadap perawatan behel juga bisa mempengaruhi hasil akhir perawatan. Gigi mungkin tidak bergerak ke posisi yang diinginkan atau bahkan bisa kembali ke posisi semula setelah behel dilepas jika perawatan tidak diikuti dengan benar. Penggunaan retainer setelah behel dilepas juga penting untuk menjaga hasil perawatan. Retainer membantu mempertahankan posisi baru gigi, dan penggunaan yang tidak konsisten bisa menyebabkan gigi bergerak kembali.

Sebelum memutuskan untuk memasang behel, penting untuk mempertimbangkan komitmen waktu dan usaha yang diperlukan untuk perawatan yang sukses. Diskusikan dengan ortodontis tentang apa yang diharapkan selama perawatan, termasuk jadwal kunjungan, instruksi perawatan, dan kebersihan mulut yang diperlukan. Memahami dan siap untuk menghadapi komitmen ini adalah kunci untuk mencapai hasil yang optimal dari perawatan ortodontik.

Khusus untuk kamu, silakan konsultasikan masalah gigi ke Damessa Dental Care Terdekat di sekitarmu ya.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *